Kapasitas sebagai seorang pendidik tidak lantas menjadi halangan untuk ikut bertarung pada bursa Pemilihan Legislatif. Hal itu pula yang mendorong Ato untuk maju sebagai calon legislatif pada Pileg 2019 mendatang. Ato yang saat ini bekerja sebagai seorang pengajar disalah satu sekolah swasta yang berada dibawah naungan LP Ma’arif NU Kab. Kuningan bertekad untuk membuktikan bahwa dirinya mampu bersaing dengan kompetitor di Dapilnya yang konon dijuluki sebagai Dapil Neraka.

Pria yang berasal dari sebuah Desa terpencil yakni Desa Cipakem Kecamatan Maleber ini tidak berkecil hati untuk terus berjuang agar mampu memenangkan pertarungan meski lawanya adalah tokoh-tokoh politik daerah yang sudah tidak asing lagi seperti Dede Sembada, H. Yudi Budiana, H.Karyani bahkan mantan Cabup Pilkada 2018 pun, dr.Toto ikut bertarung dengan dirinya apalagi berada dalam satu kendaraan yakni PPP. Inshaallah meski lawan saya adalah tokoh-tokoh yang sudah lama berkarir dipolitik tapi saya sebagai anak muda tetap yakin akan mampu bersaing dengan mereka. Saya sebagai pemuda Desa yang Alhamdulillah sudah banyak belajar tentang politik akan membuktikan bahwa anak kampung juga bisa bersaing, ujar Ato.

Dengan pengalamanya di dunia organisasi yang sudah ia geluti sejak dibangku kuliah, Seperti Badan Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa, organisasi pergerakan seperti PMII dan juga organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan seperti KNPI, Pemuda Pancasila dan GP. Ansor Ato bertekad untuk memperjuangkan aspirasi rakyat khususnya dalam bidang Pendidikan, Keagamaan dan juga Ekonomi. Sebagai praktisi pendidkan Ato berkeinginan untuk memperjuangkan hak-hak pendidikan bagi masyarakat yang belum mendapatkan Pendidikan sampai ke tingkat SMA bahkan Perguruan Tinggi. Semoga dengan menjadi bagian pembuat regulasi saya mampu merealisasikan harapan tersebut, jelas Ato. Selain itu, dirinya yang pernah menjadi santri selama kurang lebih 5 Tahun merasa prihatin dengan kondisi dan perkembangan pendidikan keagamaan di Kuningan khususnya pondok pesantren yang berkonsep salaf atau tradisional. 

Menurut Ato, selama ini perhatian anggota dewan terhadap pesantren salaf masih belum maksimal, sehingga masih terdapat keprihatinan ketika dilihat dari sarana dan prasarana pendidikan keagamaan di pondok pesantren, bahkan dari fasilitas pendukung pun masih terdapat banyak kekurangan seperti minimnya fasilitas komputer, alat pembelajaran dan bahkan buku-buku bacaan. Maka dari itu, dengan mengharap berkah dari do’a para kyai, para ustadz dan para ulama Ato berharap mampu memperjuangkan nasib pendidikan keagamaan khususnya pondok pesantren salaf yang seharusnya menjadi perhatian utama, karena dari situlah lahir generasi penerus para ulama.

Kemudian, menurut aktivis yang sedang menyelesaikan program S2 Magister Manajemennya itu, selain Pendidikan dan Keagamaan dirinya bertujuan untuk memperjuangkan bidang ekonomi. Saya bertekad memperjuangkan ekonomi kerakyatan, ekonomi yang pro rakyat kecil yang tidak melulu berpihak kepada kapitalis. Semoga ketika jadi nanti, bisa membuat regulasi bidang ekonomi yang berpihak kepada pelaku-pelaku usaha kecil menengah bukan hanya pada kapitalis yang menggerus ekonomi rakyat kecil, beber Ato.

Terakhir, dengan mengangkat tagline "Muda, Sederhana, Bersahabat" Ato optimis bisa duduk dikursi dewan sebagai representasi aktivis muda Kuningan. Inshaallah sebagai anak muda kita harus optimis dan siap untuk bertarung serta siap memperjuangkan kepentingan rakyat, imbuh Ato.

Komentar :

0 comments: